Menyiapkan Langkah Indonesia Menuju Kesiapsiagaan dan Respons Kemanusiaan yang Inklusif
Dalam rangkaian kegiatan pencarian Inovator Lokal IDEAKSI (ide inovasi aksi inklusi) untuk memperkuat landasan dalam pengembangan inovasi local yang inklusif, YAKKUM Emergency Unit (YEU) berkolaborasi dengan Pujiono Centre melaksanakan Scoping Study Sistem dan Lanskap Kemanusiaan yang Inklusif di Indonesia.
Tujuan utama dari Penelitian ini adalah (1)Mengidentifikasi hambatan bagi penyandang disabilitas, lansia dan kelompok rentan untuk berpartisipasi aktif dan memiliki kapasitas dalam bidang kemanusiaan terutama terkait kesiapsiagaan dan tanggap bencana; (2) Memetakan kebijakan, struktur, mekanisme koordinasi dan sumber daya dalam menangani kebutuhan kemanusiaan; (3) Menilai efektivitas kinerja sistem kemanusiaan di Indonesia; dan (4) Menarik pelajaran dari inovasi yang ada dalam penanggulangan bencana khususnya inklusi penyandang disabilitas, lansia dan kelompok rentan lainnya yang paling berisiko.
Yakkum Emergency Unit (YEU) bersama dengan Pujiono Centre menyelenggarakan workshop dan ruang diskusi untuk mempresentasikan ”Scoping Study Sistem dan Lanskap Kemanusiaan yang Inklusif di Indonesia” kepada khalayak umum dan praktisi yang fokus pada bidang kemanusiaan dan inklusivitas pada Rabu, 14 April 2021.
Scoping study merupakan salah satu dari rangkaian program Community Led Innovation Partnership (CLIP) yang diinisiasi oleh YEU didukung UKAID, ELRHA, START Network, dan ADRRN Tokyo Innovation Hub. Workshop ini dibuka pada pukul 09.00 WIB dan dihadiri 43 orang peserta, serta 5 orang pelaksana dari Tim Peneliti Pujiono Centre.
Perwakilan dari YEU, manajer program, Hepi Rahmawati menyatakan, “Dalam proses ini tidak hanya melihat adanya dokumen scoping study saja tapi bagaimana dapat melakukan kerja bersama dalam upaya kemanusiaan atau pengurangan risiko bencana yang lebih inklusif”
Selanjutnya dalam sambutannya, Dr. Puji Pujiono, MSW dari Pujono Centre mengungkapkan harapannya agar kajian ini tidak hanya bermanfaat untuk proyek atau untuk teman-teman kelompok rentan, tetapi untuk banyak orang.
Dalam pembahasan lebih lanjut mengenai hasil kajian Scoping Study, Pujiono Centre menjelaskan bahwa perlu adanya unit-unit di pemerintahan seperti Kementerian Sosial dan Dinas Sosial sebagai pengampu prinsip dan praktik inklusi di wilayah. Perlu adanya pihak yang mengorganisasi, membentuk dan menguatkan jaringan kelompok rentan agar memperoleh kepercayaan masyarakat. Sementara untuk mengukur efektivitas sistem kemanusiaan di Indonesia, Anggoro Budi P, M.Sc menjelaskan perlu adanya bantuan dalam melakukan analisis tentang kebutuhan pendanaan bagi partisipasi kelompok rentan serta adanya pelatihan tentang inklusi kepada pemangku kepentingan.
Selain pemaparan mengenai lanskap kemanusiaan yang inklusif di Indonesia, peserta diberi kesempatan untuk bertanya dengan membuka forum diskusi dan membaginya sebanyak 2 termin pertanyaan yang dijawab langsung oleh tim peneliti Pujiono Centre, Zela Septikasari, M.Sc.M.Pd, Dr. Puji Pujiono, MSW dan Anggoro Budi P, M.Sc.
Menyadari masih banyaknya pekerjaan rumah bagi berbagai pihak, Dr. Puji Pujiono, MSW mengingatkan kembali untuk tetap optimis, “Saya kira dengan semakin banyak organisasi dan aksi dari teman-teman penyandang disabilitas, maka akan semakin maju pula advokasi kita untuk berpikir inklusi. Saatnya merapatkan barisan. Jadi jangan kehilangan harapan dahulu dan terus berjuang. Terutama lewat DIFAGANA dan TAGANA, lewat Kemensos RI yang merupakan rumahnya dari Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial yang menjadi leadnya dalam masalah disabilitas”.
Workshop hasil Scoping Study Sistem dan Lanskap kemanusiaan inklusif ini ditutup dengan kesimpulan tentang pentingnya keberadaan organisasi dan jejaring kelompok rentan dengan komunitas nasional dan global agar ini menjadi bahasan bersama dan menjadikan inklusi sebagai agenda penting dalam kesiapsiagaan dan respons kemanusiaan.