IDEAKSI: Inovasi Kebencanaan Berbasis Masyarakat Yang Inklusi
 

“Gempa bumi adalah fenomena alam, namun tidak semua fenomena alam adalah bencana. Gempa bumi tidak mematikan tetapi bangunan runtuh adalah yang menyebabkan korban dan kemudian disebut sebagai bencana”, demikian ungkap Dr. Raditya Jati, Plt. Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam Workshop Inovasi: Identifikasi Permasalahan Penanggulangan Bencana di Daerah Istimewa Yogyakarta yang diselenggarakan oleh YAKKUM Emergency Unit (YEU) bersama Elrha, Start Network, dan ADRRN. Workshop daring ini diselenggarakan bertepatan dengan peringatan 15 tahun Gempa Yogyakarta (26/05/21) dan acara dimulai dengan mengheningkan cipta untuk mengenang kejadian Gempa Yogyakarta tersebut.

 

BNPB mencatat ada sekitar 900,000 masyarakat Indonesia adalah difabel. Bencana bersifat multidimensional dan memerlukan pelibatan semua sektor atau kolabotasi Pentahelix yang melibatkan semua pihak, pemerintah, media, pakar, LSM, serta organisasi masyarakat yang merupakan frontline penting. Oleh sebab itu, maka diperlukan penanggulangan bencana inklusi yang melibatkan semua orang.

 

Takeshi Komino, Sekretaris Umum dari Asian Disaster Reduction and Response Network (ADRRN), turut hadir memberikan pemaparan materi di sesi Pengantar Inovasi Kemanusiaan.  Beliau menjelaskan bahwa inovasi kemanusiaan adalah proses berulang guna mengidentifikasi, menyesuaikan dan menyebarkan ide-ide untuk meningkatkan aksi kemanusiaan. Inovasi tidak sama dengan solusi indah untuk membantu seluruh orang di dunia, ada perbedaan antara inovasi dan penemuan. 

 

“Inovasi tidak sama dengan penemuan, pengetahuan tradisional bisa dipakai untuk menciptakan inovasi berbasis kearifan lokal yang efektif dan tepat sasaran membantu masyarakat di daerah”, - Takeshi Komino. Jadi, inovasi tidak harus selalu dikaitkan dengan penemuan berbasis teknologi.

 

 

Workshop Inovasi adalah rangkaian kegiatan dari IDEAKSI (ide inovasi aksi inklusi) YAKKUM Emergency Unit untuk mencari ide inovasi-inovasi dari kelompok masyarakat yang inovatif dan inklusif dalam penanggulangan kebencanaan untuk kelompok paling rentan dan difabel. Indonesia memiliki 12 ancaman bencana alam, maka perlu upaya mitigasi di industri kebencanaan berbasis masyarakat dengan pemahaman lokal, yang sebenarnya telah hadir di Yogyakarta. Workshop Inovasi YAKKUM Emergency Unit membimbing 15 kelompok inovator lokal Yogyakarta yang lolos tahap penyeleksian Kompetisi IDEAKSI. Kelompok-kelompok tersebut akan mengikuti 4 rangkaian workshop selama Mei dan Juni 2021 untuk menyelesaikan masalah kebencanaan di wilayahnya secara kreatif, mempertajam solusi melalui proses berulang yang melibatkan kelompok rentan dalam tahap penilaian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

 

15 kelompok inovator tersebut adalah Yayasan Caritra, Ciqal, Difagana DIY, FPRB GK, Komisi Penanggulangan AIDS DIY, Lingkar, Lingkup, Merapi Rescue Community, Ngudi Mulyo, Ngudi Rejeki Tompak, Pemuda Pemudi Baros, PB Palma, Pensil Terbang, Sekoci, dan Winongo Asri.

“Kami berharap melalui program ini, semua pihak terlibat aktif dan mampu menemukan solusi inovatif. yang mengakomodir masyarakat, khususnya bagi difabel, lanjut usia, dan perempuan serta kelompok rentan lainnya untuk memiliki keterlibatan yang berarti, peran dalam pengambilan keputusan dan kendali atas sumber daya dalam kesiapsiagaan bencana dan respons kemanusiaan” - dr. Sari Mutia Timur, Direktur YEU.

 

Setelah 4 rangkaian workshop, kelompok inovator lokal kemudian akan didorong untuk membangun kemitraan dengan pemangku kepentingan terkait dan menyusun proposal inovasi dimana 10 kelompok akan mendapatkan peluang pendanaan sebesar Rp85.000.000 dan merintis ide-ide inovatif selama 6 bulan. Ikuti perkembangan inovasi kebencanaan penanggulangan bencana yang akan dikembangkan inovator lokal melalui website YEU di www.inovasi.yeu.or.id , Instagram @YEUideaksi , dan Facebook YAKKUM Emergency Unit.